TEORI BUDAYA

 

TEORI BUDAYA

TUGAS MATKUL ILMU BUDAYA DASAR

 

 

 



 

 

 

 

DISUSUN OLEH

PRASASTI ADILA JAUHANI (11222506)

1EA07

 

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNADARMA





KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan ilmiah yang berjudul, “TEORI BUDAYA” ini dapat kami selesaikan dengan baik. Saya  berharap penulisan ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang budaya.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ely Sapto Utomo selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar. Harapan saya, informasi dan materi yang terdapat dalam penulisan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu saya memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….…2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...………3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..….4

1.1. Latar Belakang……………………………………………………….………………4

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...……….4

1.3. Tujuan Pembahasan …………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………...………5

            2.1 Definisi Budaya Dari Berbagai Ahli………………………………………...….…….5

2.2 Teori-teori Budaya……………………………………………………………….…...5

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...….9

            3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..…….9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1      Latar Belakang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya atau culture dapat diartikan pikiran, akal budi, hasil. Kebudayaan adalah segala hal yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia, yang dihayati dan dimiliki bersama. Di dalam kebudayaan terdapat kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Kata kebudayaan memiliki kata dasar ‘budaya’ yang berarti pikiran, akal budi, hasil. Menurut ilmu Antropologi yang disampaikan oleh Koentjaraningrat (1985), Kebudayaan adalah seluruh kemampuan manusia yang didasarkan pada pemikirannya, tercermin pada perilaku dan pada benda-benda hasil karya mereka, yang diperoleh dengan cara belajar. Dengan demikian kebudayaan merupakan ciptaan manusia.

Teori kebudayaan adalah usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan itu, untuk memahami pertalian antara data dengan manusia dan kelompok manusia yang mewujudkan data itu. Teori kebudayaan adalah usaha konseptual untuk memahami bagaimana manusia menggunakan kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya dalam kelompok, mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan alam dan memelihara keseimbangannya dengan dunia supranatural.

 

Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan dapat mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan-kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri.

 

1.2      Rumusan Masalah

 

a.       Definisi budaya dari berbagai ahli

b.      Teori – teori budaya

 

1.3      Tujuan Pembahasan

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penulisan makalah ini adalah untuk memahami dan  mengetahui definisi budaya dan teori – teori budaya dari berbagai ahli dan sumber.

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1    Definisi Budaya Dari Berbagai ahli

Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli sebagaimana disebutkan oleh Elly. M. Setiadi, sebagai berikut:

a. E.B Tylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

b. R. Linton (1893-1953), kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.

c. Herkovits (1985-1963), kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.

 d. Koentjaraningrat (1985-1963), kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, di mana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan yang tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya, menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

2.2     Teori-teori Budaya

Kajian religi menurut teori Evolusi, Difusi, Fungsionalisme dan Struktural Fungsionalisme

1.      Teori Evolusi

Teori Evolusi dapat dikatakan sebagai induk sebagai induk dari semua teori dalam antropologi. Secara tidak disadari baik emplisit maupun eksplisit pemikiran evolusionisme mempengarihi cara berfikir banyak ahli. Ada dua situasi penting yang melatarbelakangi tulisan – tulisan para evolusionis pada abad ke-19 yaitu pergulatan kamum evolusionis untuk menegakkan suatu telaah naturalistik mengenai fenomena kultural, yang oleh Tylor disebut sebagai ilmu budaya. Cara utama yang diharapkan evolusionis yaitu untuk menegakkan suatu ilmu yang menunjukkan dengan sejelas – jelasnya bahwa budaya telah berkembang setapak demi setapak dalam langkah-langkah alami

 

1.      Dalam bidang ilmu sosial paham evolusionisme diawali oelh pemikiran E.B Taylor (1832-1917), yang menjelaskan persamaan yang terjadi pada berbagai bangsa yang berbeda, Tylor berpendapat bahwa manusia memiliki kesatuan jiwa yang sama diantara semua umat manusia sehingga menemukan pemecahan yang sama terhadap persoalan yang sama sehingga mengalami pekembangan sejarah evolusi yang sama.

Menurut Morgan perkembangan evolusi dibagi menjadi dua :

 

– Evolusi Unilinier : Evolusi yang terjadi melalui satu garis yang dominan.Masyarakat akan berkembang mengikuti tahap – tahap yang sama.

– Evolusi Multilinier : pemikiran untuk menelaah perbedaan dan kemiripan budaya melalui perbandingan antara runtutan perkembangan yang parallel, khususnya pada wilayah – wilayah yang secara geografis jauh terpisah. Menurut Leslie A. White : Evolusi budaya terjadi karena adanya pirani manusia yang berkembang untuk berakomodadi terhadap alam dan budaya mengalami kemajuan.

2. Teori Difusi

Pada awalnya teori difusi ditujukan untuk memahami difusi dari teknik -teknik pertanian, tetapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi digunakan pada bidang-bidang lainnya secara lebih universal. Teori difusi inovasi dari Everret M. Rogers kemudian diformulasikan dalam sebuah buku pada tahun 1962 berjudl “Diffusion of Innovations”, dimana dalam perkembangan selanjutnya menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, karakteristik inovasi, mengapa orang-orang mengadopsi inovasi, faktor- faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses diantara masyarakat. Difusi menekankan pada adanya persebaran (material dan non material) dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, dari satu orang ke orang yang lain, serta dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga kebudayaan itu sumbernya dari satu tempat yang kemudian berkembang dan menyebar ke tempat yang lain.

3. Teori Fungsionalisme

Fungsionalisme adalah penekanan dominan pada antropologi khususnya penelitian   etnografis. Dalam fungsionalisme , kita harus mengeksplorasi ciri sistematik budaya yang artinya kita harus mengetahui bagaimana perkaitan antara institusi- institusi atau struktur -struktur suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang bukat.Para fungsionalisme menyatakan bahwa fungsionalisme merupakan teori tetang proses kultural. Fungsionalisme sebagai perspektif teoritik dalam antropologi yang bertumpu pada analogi dengan organisme , artinya ia membawa kita memikirkan sistem sosial -budaya sebagai semacam organisme, yang bagian-bagiannya tidak saling berhubungan melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup”organisme”. Dengan demikian  dasar penjelasan fungsionalisme ialah asumsi bahwa semua sistem budaya memiliki syarat – syarat fungsional tertentu untuk memungkinkan eksitensinya atau sistem buday memiliki kebutuhan (kebutuhan sosial ala Radcliffe Brown atau bilogis individual ala Malinowski) yang semuanya harus dipenuhi agar sistem itu dapat bertahan hidup. Apabila kebutuhan ssitem fungsionalis itu tidak dipenuhi maka sistem itu akan mengalami disintegrasi dan “mati” atau akan berubah mejadi sisitem lain yang berbeda jenis. Fungsionalisme didasarkan pada pandangan yang melebihkan aspek sosial dan melihat bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari sosialisasi yang menentukan seperti apa tindakan sosialnya.

§  Fungsionalisme menurut Malinowski memandang istitusi dalam masyarakat (keluarga, politik, pendidikan, analog dengan organisme, dan setiap organ terintegrasi serta saling bergantung.

Fungsionalisme tidak untuk mengetahui asal – usul serta perkembangan suatu pranata, tetapi melihat apa fungsinya dalam konteks kehidupan masyarakat.

4. Teori Struktural Fungsionalisme

Pernyataan parson mengenai teori fungsionalisme structural yang cenderung berkonsentrasi pada struktur  – struktur masyaarkat dan dan hubungan mereka satu sama lain. Struktur – struktur itu dilihat saling mendukung dan cenderung ke arah keseimbangan dinamis. Penekanannya terletak pada cara pemeliharaan tatna antara berbagai unsur masyarakat. Parson tidak hanya memerhatikan sistem sosial dalam dirinya tetapi juga hubungan -hubungannya dengan sistem-sistem tindakan lainnya, khususnya sistem budaya dan kepribadian. Akan tetapi pandangan dasarnya mengenai hubungan-hubungan intersistemik yang sama dengan pandangan mengenai relasi-relasi intrasistemik, yakni mereka didefinisikan oleh kohesi, consensus, dan ketertiban. Dengan kata lain, struktur-struktur sosial yang beraneka ragam melaksanakan berbagai fungsi positif untuk satu sama lain.

 

 Studi mengenai religi

Menurut Koentjaraningrat, religi merupakan bagian dari kebudayaan yang mengacu pada konsep yang dikembangkan Emile Durkheim mengenai dasar – dasar religi dengan empat komponen dasar yaitu

1.      Emosi keagamaan, sebagai suatu substansi yang menyebabkan manusia menjadi religious.

2.      Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan – bayangan manusia tentang sifat–sifat Tuhan atau yang dianggap sebagai Tuhan serta tentang wujud dari alam gaib.

3.      Sistem upacara religius yng bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa–dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib.

4.      Kelompok – kelompok religius atau kesatuan – kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan tersebut.

Dalam setiap masyarakat memilliki kepercayaan lokal yang merupakan tradisi turun temurun dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Salah satu bagian dari kepercayaan lokal yang ada di masyarakat yaitu tradisi sadranan yang ada di Desa Glagah, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten yang merupakan tradisi tahunan masyarakat sebagai bagian dari kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan pada saat menjelang Ramadhan atau pada bulan Ruwah (Sya’ban). Tujuan dari tradisi sadranan membersihkan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Selain itu ada kepercayaan dalam masyarakat bahwa sadranan sebagai bentuk pelestarian tradisi nenek moyang yang pada zaman dahulu dilakukan untuk memberi pemujaan terhadap arwah leluhur.

Tradisi sadranan diawali dengan membersihkan kubur para leluhur dan kemudian dilanjutkan dengan acara kenduren dengan membawa ambengan oleh setiap warga yang berisi macam – macam makanan, buah dan jajanan pasar dan kemudian  dilanjutkan doa untuk  arwah  leluhur yang telah meninggal dunia agar diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa. Setelah doa bersama, ada makan ambengan bersama ditempat diselenggarakannya sadranan dan ada pula yang membawa makanan pulang untuk dimakan bersama keluarga. Dalam tradisi ini banyak masyarakat yang berbondong – bondong untuk ikutserta  meraykan sadranan sekaligus berkumpul dan bersilaturahmi antar tetangga, karena biasanya masyarakat yang merantau akan kembali kampung halaman pada saat tradisi ini dilaksanakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1     Kesimpulan

kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu fenomena sosial dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang mendukung atau menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau konfigurasi yang tampak pada perilaku dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu dibandingkan perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidaklah dapat dipahami tanpa dikaitkan dengan kebudayaan.

Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan dapat mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan-kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

https://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/11/11/teori-kebudayaan-dan-ilmu-pengetahuan-budaya/?amp=1

https://blog.unnes.ac.id/wiwinwahyu99/2017/09/24/teori-teori-budaya/

Kaplan, David dan Robert. A. Manner.1999.Teori Budaya.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Ritzer, George.2012.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern.Yogyakarta:Pustaka pelaja

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SENI GAMBAR DAN LUKIS BUDAYA LOKAL